Pages

Bangladeshi Blog

Minggu, 27 April 2008

Musibah, Ujian? atau Azab Allah?

Sekarang BANYAK SEKALI musibah, ketika musibah-musibah itu, plus musibah lumpur panas(sidoarjo), secara beruntun terjadi di tanah air, masih juga banyak orang yang jauh dari tempat musibah bereaksi sama. Ikut prihatin sebentar, lalu diam-diam atau terang-terangan bersyukur bahwa bukan mereka yang terkena.

Karena beruntun, setidaknya dalam dua tahun belakangan, banyak pula yang terusik dan bertanya-tanya: Ini ada apa? Ini cobaankah, peringatan, atau siksa dari Tuhan?

Memang, ada beberapa ayat suci yang jelas-jelas menyatakan bahwa musibah dan kerusakan adalah akibat ulah manusia (misalnya, Q.4: 62; 28: 47; 30: 36, 41; 42: 48). Namun, dalam menjabarkan ayat-ayat itu, berbeda-beda hujah orang. Ada yang dengan nada keminter menyalahkan pihak-pihak selain dirinya. "Alam itu memiliki karakter yang tetap," katanya; "Gunung, laut, angin, dsb sama saja tidak pernah berubah. Jadi, bisa dipelajari. Seharusnya para ilmuwan dapat memberikan masukan informasi kepada pemerintah dan masyarakat. Semestinya pemerintah sudah mengantisipasi gejala-gejala alam itu. Apa kerja Badan Meteorologi dan Geofisika itu?"

Dari mereka yang suka menyalahkan itu, ada yang lucu; menyalahkan presiden yang dianggap membawa sial dan seharusnya diruwat.

Ada pula yang agak memper, menyalahkan orang-orang yang suka merusak alam. Menurut mereka, alam marah kepada manusia yang terus-menerus melukainya. Bukan hanya manusia yang bisa kecewa, marah, demo, dan ngamuk. Alam pun bisa.

Ada yang lebih kehambaan dengan mengakui bahwa semua ini akibat dosa masal terhadap Tuhan pencipta manusia dan alam. Dosa kita semua. Jadi, tidak relevan dan sia-sia apabila hanya saling tunjuk, menganggap pihak lain saja yang berdosa, seolah-olah masing-masing merupakan wakil Tuhan.

Semua aturan Tuhan dilanggar beramai-ramai. Diangkat menjadi khalifah di kehidupan di dunia, tidak merawat dan mengelolanya secara baik, malah merusaknya. Mereka yang merasa benar tidak mau membenarkan, malah hanya menyalah-nyalahkan. Mereka yang berkesempatan berkorupsi tidak ditutup kesempatannya berkorupsi, malah dipupuk dan diberi peluang.

Hukum yang seharusnya menata malah ditata. Penegak hukum yang melencengkan hukum tidak dibantu menegakkan, malah didorong untuk terus melencengkannya. Kenakalan remaja dan kenakalan orang tua merajalela. Amuk di mana-mana.

"Karena dosa masal, untuk menghentikan hajaran Tuhan ini, tiada lain kita semua mesti melakukan tobat masal," kata sohibul pendapat itu.

Saya sependapat dengan pikiran tersebut karena saya sendiri juga melihat kenyataan perikehidupan kita yang seperti itu. Saya setuju dan mendukung anjuran tobat masal, tapi tidak dengan pengertian yang sederhana. "Hanya" ramai-ramai istighotsah secara seremonial, nangis-nangis minta ampun kepada Tuhan, lalu sudah.

Tobat yang saya dukung adalah tobat yang sesungguhnya. Masing-masing mengidentifikasi kesalahan sendiri dan menyesalinya, lalu bertekad tidak mengulangi. Mereka yang merasa pernah merampas hak orang lain segera mengembalikan atau meminta ikhlas dari pihak yang terampas. Misalnya, pejabat yang pernah mengorupsi harta rakyat, segeralah mengembalikan. Atau, jika telanjur habis termakan, mengadakan konferensi pers untuk memohon keikhlasan dari rakyat.

Mereka yang pernah atau sering nyogok atau menerima sogok, segera berhenti dan berjanji tidak akan mengulangi. Mereka yang karena memiliki kelebihan, baik berupa kekayaan, kepintaran, maupun kekuasaan, hendaklah segera menyadari bahwa itu semua adalah anugerah Tuhan yang seharusnya disyukuri, bukannya dijadikan alasan untuk angkuh serta merendahkan orang lain.

Mereka yang suka memutlakkan pendapat dan kebenaran sendiri hendaklah segera menyadari bahwa kebenaran mutlak hanya milik Allah dan mulai belajar menghargai pendapat orang lain. Demikian seterusnya. Kemudian, baru dengan tulus dan khusyuk memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.

Kesalahan-kesalahan yang telanjur dilakukan karena kebodohan serta kecerobohan harus diakui dan diusahakan memperbaiki dengan belajar atau menghindarinya sama sekali. Misalnya, karena pengetahuan kita mengenai bencana alam dan penanganannya masih minim, kita harus mengakui dan belajar.

Misalnya, karena nasib baik atau KKN, seseorang diangkat dan diserahi tugas yang tidak begitu dikuasainya, lalu timbul kesalahan, dia bisa memperbaiki dengan belajar. Tapi, bila tugas tersebut sama sekali di luar kemampuannya, segera saja mundur. Sebab, kesalahannya akan beranak-pinak.

Karena itu semua adalah pendekatan kehambaan, kuncinya adalah kerendahhatian. Tanpa sikap rendah hati, tobat akan sia-sia belaka.

Waba'du, meskipun wadag kita dari lumpur, tidak seharusnya kita bersikap seperti lumpur Porong yang seenaknya sendiri, merusak ke sana kemari, susah diatur, tidak jelas maunya. Sebab, dalam wadag kita, Allah meletakkan cahaya penerang: akal dan hati nurani.

Jumat, 11 April 2008

Petuah Jawa KH. Musthofa Bisri

Kabeh puji syukur kagungane Allah
shalat salam katur maring Rasulullah

Segala puji bagi Allah shalawat dan salam terhaturkan kepada Rasulullah

Kita umat Islam wajib dha berjuang
nindaaken printah Allah maha menang

Kita umat Islam wajib berjuang mengerjakan perintah Allah yang Maha Menang

Lanang wadon aja ana kang katinggal
nuprih ridla Allah ingkang maha tunggal

Laki-laki dan perempuan jangan ada yang tertinggal memburu ridha Allah yang Maha Tunggal

Aja dumeh wis padha dha duwe partai
banjur padha ora gelem cawe-cawe

Jangan mentang-mentang sudah memiliki partai (kelompok sendiri) kemudian tidak mau berpartisipasi

Madurasah pengajian pondok langgar
ayo diperjuangake kanti sabar

Madrasah-madrasah, pengajian di pesantren atau di musholla-musholla mari diperjuangkan dengan sabar

Pengajian khusus pengajian umum
mlaku bareng keben agamane harum

Pengajian khusus dan untuk umum berjalan bersama untuk mengharumkan agama

Wong berjuang cukup makmum ring ulama
ahli sunnah wal jama’ah ingkang lunak

Orang yang berjuang, cukuplah mengikuti para ulama ahli sunnah wal jamaah yang moderat

Jamaah ing langgar rameake
lanang wadon cilik gedhe kerahake

Ramaikan shalat berjamaah di Mushola, lelaki dan perempuan, kecil maupun besar, kerahkan semua!

Shalat berjamaah iku ganjarane
tikel pitu likur –aduh cah senenge

Shalat berjamaah itu pahalanya berlipat 27, aduh senangnya

Bocah-bocah kudu mlebu madurasah
keben besok gedhe ora padha susah

Anak-anak harus sekolah, agar besar nanti tidak (hidup) susah

Syukur terus munggah menyang tsanawiyah
sakbanjure nganti tekan ing aliyah

Syukur bila bisa sampai tingkat smp kemudian sampai sma

Syukur lamun wong tuwo kersa mondokne
madurasah ngiras ngaji bandungane

Syukur bila orang tua mau memondokkan anaknya, sekolah dan mengaji

Madurasah tanpa mondok iya bisa
nanging ora kaya mondok yen dirosho

Bolehlah sekolah tanpa mondok, tetapi kenikmatannya tidak selezat mondok bila dirasa

Pondok iku langsung ngandung macem-macem
pendidikan hingga bocah ora ngalem

Pondok itu memiliki berbagai macam pola pendidikan untuk menjadikan anak mandiri

Nomer siji belajar pisah ring ibune
ring bapakne kanca kampong familine

Nomor satu, belajar berpisah dengan ibu, bapak, teman kampong dan sanak famili

Nomer loro ngumbah dhewe ngliwet dhewe
sugih melarat asor pangkat padha bae

Nomor dua, mencuci sendiri dan memasak sendiri, kaya, miskin derajatnya sama saja

Dahar sak anane gak kaya ing ndalem
sega jangan pecel terong sampun marem

Makan seadanya tidak seperti dirumah, nasi pecel terong sudah memuaskan

Ora kenal endog daging iwak banding
susu limun ager-ager lan es podeng

Tidak mengenal telur, daging, susu, limun, agar-agar atau es puding

Terang iku pendidikan kang prayoga
pemburine manfaati keluarga

Jelas hal itu merupakan pendidikan yang baik, yang memberikan manfaat kepada keluarga

Nomer telu amaliyah islamiyah
lung tinulung marang kanca ramah tamah

Nomor tiga, perilaku islamy, saling menolong kepada teman dan ramah tamah

Luwih-luwih bab jamaah musyawarah
tansah dipun gatosaken tanpa wegah

Lebih-lebih mengenai jamaah dan musyawarah selalu diperhatikan tanpa bosan

Santri pondok dateng yai demen rikuh
marang padha padha ramah ora angkuh

Santri pondok, kepada guru/Kyai tunduk patuh, kepada sesama ramah tidak angkuh

Sapa wonge pengin duwe anak pinter
alim aqil syarat telu kudu bener

Barangsiapa yang ingin memiliki anak yang pandai, alim dan berakal, maka ada tiga syarat yang harus dipenuhi

Bener ditetepi aja nguciwani
insyaAllah gusti Allah ngelaksanani

Benar-benar ditepati jangan sampai ingkar, insya Allah, Allah akan mengabulkan

Nomer siji putra mempeng sinaune
wa man jadda wajada dawuh nabine

Nomor satu, anak harus giat belajar, barang siapa sungguh-sungguh akan memperoleh tujuannya, begitu sabda Nabi

Kaping pindo bapak mempeng but gawene
golek tambah rejeki kanggo sangune

Yang Kedua, bapak giat bekerja untuk menambah rizki bagi bekal anak

Mbok menawa putra pengin pinter tenan
pindah Mekah Mesir Irak aja heran

Siapa tahu, anaknya betul-betul ingin pandai, maka jangan heran bila anak pindah ke Mekkah, Mesir atau Irak

Kabeh mahu butuh tabah lan sangune
sapa maneh sing nanggung yen gak bapakne

Semua itu membutuhkan ketabahan dan biaya, siapa lagi yang akan menanggung bila bukan bapaknya

Para bapak ja kesusu golek mantu
durung-durung putra dikon gawe putu

Para bapak jangan tergesa mencari mantu, belum apa-apa anaknya disuruh memberikan cucu

_Bapak aja lemah ngeluh, kaya apa?
wong anakku wahe arep dadi apa?_

Bapak jangan lemah dan mengeluh seperti apa? Ini hanya anakku, mau jadi apa?

Nomer telu ibune kudu kang jungkung
nyuwun maring Allah ingkang maha agung

Nomor Tiga, Ibu harus selalu beribadah dan berdoa, memohon kepada Allah Yang Maha Agung

Muga-muga putrane difutuh inggal
pinaringan ilmu nafi’ lan berakal

Moga-moga putranya dibuka hatinya, cepat mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berakal

Manfaati ring agami lan negari
bangsa lan famili kabeh kakung putri

Memberikan manfaat bagi agama, negara, bangsa dan familinya laki-laki atau perempuan

Syukur ibu gelem mempeng shalat bengi
gusti Allah inggal kersaha maringi

Syukur bila Ibu mau rutin sholat malam, agar Allah segera mengabulkan

Aturane, yen jam sanga bengi turu
jam loro wungu nuli inggal wudlu

Caranya, kalau sudah jam sembilan malam segera tidur dan jam dua malam segera bangun dan mengambil air wudlu

Nuli shalat rong rakaat niyatipun
ushalli sunnatal hajat, hajatipun

Kemudian shalat malam dua rekaat, dengan niat ‘saya niat menjalankan shalat hajat’ dengan menyebut hajatnya;

Mugi-mugi anak kula inggal hasil
maksudipun ingkang sae kanti gampil

Moga-moga anak saya segera tercapai cita-citanya yang baik dengan mudah

Bapakipun mugi angsal tambah untung
ingkang kathah ingkang halal ingkang agung

Bapaknya, moga-moga mendapat keuntungan yang banyak, halal dan agung

Rakaat ula, fatihah-ayat kursi
maca khusyu’ aja eling lombok terasi

Rokaat pertama, membaca fatihah dan ayat kursi dengan khusyu’ jangan sampai terigat sambal terasi

Rakaat tsaniyah, fatihah banjure
macaha amanar rasuul sak akhire

Rokaat kedua, membaca fatihah, kemudian membaca ayat ‘aamanarrasuul.’ Sampai akhir

Rampung salam nuli maca –astaghfirullah
kaping pitung puluh taubat maring Allah

Setelah selesai sholat kemudian membaca, ‘Astaghfirullah’ 70 kali niat bertaubat kepada Allah

Nuli maca kaping satus shalawate
nuli doa cara jawa –pa hajate

Kemudian membaca Sholawat 100 kali, selanjutnya membaca doa dengan bahasa ibu, apa saja hajatnya

Apa nyuwun anak shaleh alim pinter
apa nyuwun mantu bagus gagah seger

Apakah memohon agar anaknya menjadi shalih, alim dan pandai, atau memohon menantu yang baik, gagah dan segar berseri

Apa nyuwun bisa gawe omah pantes
apa nyuwun sugih banda ingkang leres

Apakah memohon bisa membangun rumah yang pantas atau memohon kekayaan dari sumber yang benar

Apa nyuwun bisa haji ing baitullah
apa bahe nyuwuna ring gusti Allah

Apakah memohon agar bisa segera naik haji, apa saja mintalah kepada Allah

Akhiripun, ja lali nyuwun syafaat
kanjeng nabi Muhammad kang dadi rahmat

Akhirnya, jangan lupa memohon syafaat/pertolongan Nabi Muhammad yang menjadi Rahmat

Ngucapa, duh kanjeng nabi kula nyuwun
syafaat paduka nabi- pokokipun

Ucapkan; duh Nabi saya hanya memohon pertolongan Nabi!

Sageda kula wilujeng dunya khirat
keterima amal kula mboten cacat

Moga-moga bisa selamat dunia akhirat, diterima amalnya tanpa cacat

Kula miwah anak putu nyuwun rahmat
cekap sandang pangan selamet dunya khirat

Saya dan anak cucu memohon rahmat dicukupkan sandang pangan, selamat dunia dan akhirat

فَالحَمْدُ للهِ الَّذِى كَفَّ كَفَى
صَلاَتُهُ وَسَلاَمُهُ لِلْمُصْطَفَى

وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الوَفَا
الله نريمَا عَمَلِى بِشْرِى مُصْطَفَى

Sholawat sewaktu Sholat Jum'at

Dalam kitab Tuhfatus Saniyah karangan al-Ustadz as-Syeikh Hasan Abdur Rahim Ja’far al-Anshori, percetakan Muhammad bin Ahmad Nabhan Khutbah dalam bulan Jumadits Tsani bacaan shalawatnya seperti ini:

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

Kemudian dalam kitab I’anah jilid 2 halaman 65 ada keterangan begini:

فَلاَ يَكْفِى اللهُمَّ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَارْحَمْ مُحَمَّدًا وَلاَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ (قَولُهُ وَلاَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِالضَّمِيْرِ) اى فَلاَيَكْفِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ.

1. Adakah pendapat yang mencukupkan/membolehkan bacaan shalawat dalam khutbah dengan memakai shighat sebagaimana dalam khutbah yang kami utarakan di atas?
2. Bagaimana tanggung jawab khatib yang telanjur membaca shalawat seperti di atas? Apakah wajib memberitahukan kepada semua jamaah Jumat bahwa khutbah tidak sah sehingga mereka harus mengqadla salat Jumatnya dengan salat dzuhur? Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

Jawaban:

1. Sepanjang pengetahuan kami tidak ada pendapat/qoul yang membolehkan bacaan shalawat dalam khutbah seperti itu. Lebih-lebih pengarang kitab I’anatut Thalibin sendiri telah menyatakan bahwa para ahli tahqiq dari fuqoha mutaakhirun telah menjelaskan ketidakcukupan membaca shalawat dalam khutbah dengan memakai isim dlomir (kata ganti); bahkan kita dilarang untuk tertipu oleh kitab-kitab khutbah yang sudah dicetak yang menulis shalawat dengan isim dlomir saja.
2. Sebenarnya seorang yang sudah berani menjadi khatib harus sudah mengetahui dengan pasti syarat dan rukun khutbah, sehingga dapat diminimalisir kekeliruan dalam menjalankan syarat dan rukun khutbah. Namun bagi khatib yang terlanjur membaca khutbah dengan shalawat seperti tersebut dalam pertanyaan, wajib memberitahukan kepada jamaah Jumat bahwa khutbahnya yang telah lalu tidak sah, sehingga salat Jumatnya juga tidak sah. Untuk itu mereka wajib melakukan I’adah (pengulangan bukan qadla’) salat dzuhur.

Tanya Jawab Tahlil dan Haul

Sebagai orang yang semenjak kecil hidup dalam lingkungan Nahdlatul Ulama, saya sudah terbiasa mengikuti kegiatan ala NU. Salah satunya adalah kegiatan tahlil yang mana kegiatan ini diselenggarakan sebagai wasilah untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia.


Rangkaian bacaan tahlil ini sangat bagus sekali, sebab yang dibaca adalah kalimah-kalimah thoyibah dan ayat-ayat suci al-Quran. Hanya saja dalam teknis pelaksanaanya biasanya di desa-desa pada hari-hari tertentu. Sebagai contoh: umpamanya ada orang meninggal dunia kemudian dibacakan tahlil sampai tujuh hari terus disusul hari keempat puluh dan terakhir mendak pindho (nglepas) setelah waktu dua tahun.

Yang ingin saya tanyakan:

1. Apakah hal tersebut memang ada dasar hukumnya dari agama Islam (al Quran-Hadist). Karena ada yang berkomentar bahwa itu adalah merupakan sinkretisme antara ajaran Islam dan non-Islam.
2. Bagaimanakah hukumnya bertawasul dalam berdoa dengan orang-orang yang telah wafat yang notabenenya mereka kita yakini shalih.

Jawaban:

1. Dasar hukum yang menerangkan bahwa pahala dari bacaan yang dilakukan oleh keluarga mayit atau orang lain itu dapat sampai kepada si mayit yang dikirimi pahala dari bacaan tersebut adalah banyak sekali. Antara lain hadist yang dikemukakan oleh Dr. Ahmad as-Syarbashi, guru besar pada Universitas al-Azhar, dalam kitabnya, Yas aluunaka fid Diini wal Hayaah juz 1 halaman 442, sebagai berikut:

وَقَدِ اسْتَدَلَّ الفُقَهَاءُ عَلَى هَذَا بِأَنَّ أَحَدَ الصَّحَابَةِ سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّا نَتَصَدَّقُ عَنْ مَوتَانَا وَنُحَجُّ عَنْهُمْ وَنَدعُو لَهُمْ هَلْْ يَصِلُ ذَلِكَ إِلَيْهِمْ؟ قَالَ: نَعَمْ إِنَّهُ لَيَصِلُ إِلَيْهِمْ وَإِنَّهُمْ لَيَفْرَحُوْنَ بِهِ كَمَا يَفْرَحُ اَحَدُكُمء بِالطَّبَقِ إِذَا أُهْدِيَ إِلَيْهِ!

Sungguh para ahli fiqh telah mengambil dalil atas kiriman pahala ibadah itu dapat sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia, dengan hadist bahwa sesungguhnya ada salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bersedekah untuk keluarga kami yang sudah mati, kami melakukan haji untuk mereka dan kami berdoa bagi mereka; apakah hal tersebut pahalanya dapat sampai kepada mereka? Rasulullah bersabda: Ya! Sungguh pahala dari ibadah itu benar-benar akan sampai kepada mereka dan sesungguhnya mereka itu benar-benar bergembira dengan kiriman pahala tersebut, sebagaimana salah seorang dari kamu sekalian bergembira dengan hadiah apabila hadiah tersebut dikirimkan kepadanya!

Hanya saja dalam kitab Fatawa al-Kubra juz 2 halaman 7 diterangkan bahwa menempatkan selamatan mayat para hari ke-3 dan seterusnya, hukumnya adalah bid’ah yang makruh. Kecuali jika selamatan tersebut dilakukan dengan memaksakan diri (takalluf) sampai berhutang atau mempergunakan harta warisan anak yatim atau lainnya yang dilarang agama, maka hukumnya haram.

Adapun orang yang memberi komentar bahwa hal tersebut adalah sinkretisme antara ajaran agama Islam dengan non-Islam, maka sebenarnya orang tersebut tidak memahami sistem dakwah yang dilakukkan oleh Rasulullah saw, yang hanya memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap kebudayaan dari bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam yang bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam. Sehingga tidak lagi bertentangan dengan pokok-pokok ajaran agama Islam. Sehingga karenanya, maka komentar tersebut tidak perlu diperhatikan.
2. Hukumnya boleh, sebab mukjizat dari para nabi, karomah dari para wali dan maunah dari para ulama shaleh itu tidak terputus dengan kematian mereka. Dalam kitab Syawahidul Haq, karangan Syeikh Yusuf Ibn Ismail an-Nabhani, cetakan Dinamika Berkah Utama Jakarta, tanpa tahun, halaman 118 disebutkan sebagai berikut:

وَيَجُوزُ التَّوَسُّلُ بِهِمْ إلَى اللهِ تَعَالَى ، وَالإِسْتِغَاثَةُ بِالأنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ وَالعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ بَعْدَ مَوتِهِمْ لأَنَّ مُعْجِزَةَ الأَنْبِيَاءِ وَكَرَمَاتِ الأَولِيَاءِ لاَتَنْقَطِعُ بِالمَوتِ.

Boleh bertawassul dengan mereka (para nabi dan wali) untuk memohon kepada Allah taala dan boleh meminta pertolongan dengan perantara para Nabi, Rasul, para ulama dan orang-orang yang shalih setelah mereka wafat, karena mukjizat para Nabi dan karomah para wali itu tidaklah terputus sebab kematian.