Pages

Bangladeshi Blog

Sabtu, 28 April 2007

Golongan ISLAM

73 Golongan Umat Islam
13/04/2007

Imam Turmudzi, Abu Dawud dan Ibn Majah, masing-masing dalam kitab Sunan-nya meriwayatkan hadits tentang penggolongan umat Islam menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan atau firqoh, dan hanya satu golongan di antaranya yang selamat dari ancaman siksa neraka, yaitu golongan yang konsisten pada ajaran Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya (Jama’ah) atau yang kemudian disebut dengan sebutan Ahlussunnah wal Jama’ah. Menurut Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (w. 429 H/1037 M) sebagaimana disebut dalam karya monumentalnya, Al-Farq bainal-Firaq hadits tersebut diriwayatkan dari beberapa sumber sanad, antara lain; Anas bin Malik, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin ‘Amr, Abu Umamah dan Watsilah bin al-Asqa.

Respon para ulama kalam terhadap hadits tersebut ternyata tidak sama. Setidaknya, ada tiga macam respon yang diberikan;

Pertama, hadits-hadits tersebut digunakan sebagai pijakan yang dinilainya cukup kuat untuk menggolongkan umat Islam menjadi 73 firqah, dan di antaranya hanya satu golongan yang selamat dari neraka, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara kelompok ini antara lain; Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (Al-Farq bainal-Firaq), Imam Abu al-Muzhaffar al-Isfarayini (at-Tabshir fid Din), Abu al-Ma’ali Muhammad Husain al-‘Alawi (Bayan al-Adyan), Adludin Abdurrahman al-Aiji (al-Aqa’id al-Adliyah) dan Muhammad bin Abdulkarim asy-Syahrastani (al-Milal wan Nihal). Ibn Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (vol-3) menilai bahwa hadits tersebut dapat diakui kesasihannya.

Kedua, hadits-hadits tersebut tidak digunakan sebagai rujukan penggolongan umat Islam, tetapi juga tidak dinyatakan penolakannya atas hadits tersebut. Di antara mereka itu, antara lain; Imam Abu al-Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari (Maqalatul Islamiyyin wa ikhtilaful Mushollin) dan Imam Abu Abdillah Fakhruddin ar-Razi (I’tiqadat firaqil Muslimin wal Musyrikin). Kedua pakar ilmu kalam ini telah menulis karya ilmiahnya, tanpa menyebut-nyebut hadits-hadits tentang Iftiraq al-Ummah tersebut. Padahal al-Asy’ari disebut sebagai pelopor Ahlussunnah wal Jama’ah.

Ketiga, hadits Iftiraqul Ummah tersebut dinilai sebagai hadits dla’if (lemah), sehingga tidak dapat dijadikan rujukan. Di antara mereka adalah Ali bin Ahmad bin Hazm adh-Dhahiri, (Ibn Hazm, al-Fishal fil-Milal wal-Ahwa’ wan-Nihal).

Pengertian firqah atau golongan dalam hadits tersebut, oleh para ulama dan para ahli tersebut, berkaitan dengan Ushuluddin (masalah-masalah agama yang fundamental dan prinsipil), bukan masalah furu’iyyah atau fiqhiyyah yang berkaitan dengan hokum-hukum amaliyah atau yang kerap disebut sebagai masalah khilafiyah, semacam qunut shalat subuh, jumlah raka’at tarawih, ziarah kubur, dan lain-lain.

Syeikh Muhammad Muhyiddin Abdul-Hamid, seorang ulama’ yang banyak men-tahqiq karya-karya unggulan dalam ilmu kalam, seperti karya Imam al-Asy’ari, al-Baghdadi di atas, menyatakan kesulitannya untuk memperoleh hitungan yang valid terhadap firqoh-firqoh baru, seperti Ahmadiyah dan lain-lain.

Demikian itulah masalah yang muncul dari hadits 73 firqoh. Selain itu, ada masalah-masalah lain yang masih memerlukan studi lebih lanjut yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyyah dan diniyyah, seperti; apa yang dijadikan parameter untuk menentukan suatu kelompok umat ini menjadi firqah tertentu yang mandiri yang berbeda statusnya dari kelompok lain. Lalu, apa sebetulnya yang paling banyak menjadi pemicu timbulnya firqah-firqah tersebut?

Terakhir, sejauhmana peran realitas historis dan kultural dalam mempengaruhi perjalanan dan dinamika firqah-firqah tersebut. Tentu saja, masih banyak lagi yang perlu dikaji lebih lanjut.

Prof KH Tholchah Hasan
Wakil Ra'is Am Syuriah PBNU

Tarekat Nasyabandiyah

Tarekat Sufi Naqsyabandiyah
Kamis, 14 Juli 2005 06:39:53 WIB
Kategori : Firaq
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1485

TAREKAT SUFI NAQSYABANDIYAH


Oleh
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta





Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya : Ada sebuah perkumpulan wanita dari Kuwait. Mereka menyebarkan dakwah sufi beraliran Naqsyabandiyah secara sembunyi-sembunyi, perkumpulan wanita tersebut berada dibawah naungan lembaga resmi.

Kami telah mempelajari kitab-kitab mereka, dan berdasarkan pengakuan mereka, yang pernah ikut perkumpulan wanita ini, tarekat ini memiliki pemahaman diantaranya :

[a]. Barangsiapa yang tidak mempunyai syaikh, maka yang menjadi syaikhnya adalah syetan.
[b]. Barangsiapa yang tidak bisa mengambil ahlak syaikh/gurunya, maka tidak akan bermanfaat baginya Kitab dan Sunnah.
[c]. Barangsiapa yang mengatakan pada syaikhnya, "Mengapa begitu ?" Maka, tak akan sukses selamanya.

Selain itu, mereka berdzikir (dengan tata cara sufi, tentunya) seraya membawa gambar syaikhnya. Mereka suka mencium tangan gurunya yang bergelar Al-Anisaa, dan berasal dari negeri Arab. Mereka menganggap akan mendapat berkah dengan meminum air sisa sang gurunya.

Mereka menulis do'a dengan do'a khusus yang dinukil dari buku Al-Lu'lu wa Al-Marjan Fi Taskhiri Muluki Al-Jann. Dan dalam lapangan pendidikan, perkumpulan ini membangun madarasah khusus untuk kalangan sendiri, mereka didik anak-anak berdasarkan ide-ide kelompoknya, bahkan ada di antaranya yang mengajar di sekolah-sekolah negeri umum, baik jenjang setingkat SMP maupun SMA. Sebagian mereka ada yang berpisah dengan suami dan meminta cerai lewat pengadilan, hal itu terjadi manakala sang suami menyuruh sang istri agar menjauh dari aliran yang sesat ini.

Pertanyaan yang kami ajukan :
[1]. Bagaimanakah menurut syariat tentang perkumpulan wanita tersebut ?.
[2]. Diperbolehkan mengawini mereka ?.
[3]. Bagaimana pula hukumnya dengan akad nikah yang telah berlangsung selama ini ?.
[4]. Sekarang, nasihat dan ancaman yang bagaimana yang pantas untuk mereka ?.
Mohon penjelasan.

Jawaban.
Tarekat sufi, salah satunya Naqsyabandiyah, adalah aliran sesat dan bid'ah, menyeleweng dari Kitab dan Sunnah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Jauhilah oleh kalian perkara baru, karena sesuatu yang baru (di dalam agama) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat". [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Hakim]

Tarekat sufi tidak semata bid'ah. Bahkan, di dalamnya terdapat banyak kesesatan dan kesyirikan yang besar, hal ini dikarenakan mereka mengkultuskan syaikh/guru mereka dengan meminta berkah darinya, dan penyelewengan-penyelewengan lainnya bila dilihat dari Kitab dan Sunnah. Diantaranya, pernyataan-pernyataan kelompok sufi sebagaimana telah diungkap oleh penanya.

Semua itu adalah pernyataan yang batil dan tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah, sebab, yang patut diterima perkataannya secara mutlak adalah perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah.

"Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah". [Al-Hasyr : 7]

"Artinya : Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya". [An-Najm : 3]

Adapun selain Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam, walau bagaimana tinggi ilmunya, perkataannya tidak bisa diterima kecuali kalau sesuai dengan Al-Kitab dan Sunnah. Adapun yang berpendapat wajib metaati seseorang selain Rasul secara mutlak, hanya lantaran memandang "si dia/orang"nya, maka ia murtad (keluar dari Islam). Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb) Al-Masih putera Maryam ; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa ; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan". [At-Taubah : 31]

Ulama menafsirkan ayat ini, bahwa makna kalimat "menjadikan para rahib sebagai tuhan" ialah bila mereka menta'ati dalam menghalalkan apa yang diharamkan dan mengharamkan apa yang dihalalkan. Hal ini diriwayatkan dalam hadits Adi bin Hatim.

Maka wajiblah berhati-hati terhadap aliran sufi, baik dia laki-laki atau perempuan, demikianlah pula terhadap mereka yang berperan dalam pengajaran dan pendidikan, yang masuk kedalam lembaga-lembaga. Hal ini agar tidak merusak aqidah kaum muslimin.

Lantas, diwajibkan pula kepada seorang suami untuk melarang orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya agar jangan masuk ke dalam lembaga-lembaga tersebut ataupun sekolah-sekolah yang mengajarkan ajaran sufi. Hal ini sebagai upaya memelihara aqidah serta keluarga dari perpecahan dan kebejatan para istri terhadap suaminya.

Barangsiapa yang merasa cukup dengan aliran sufi, maka ia lepas dari manhaj Ahlus Sunnah wa Jamaah, jika berkeyakinan bahwa syaikh sufi dapat memberikan berkah, atau dapat memberikan manfa'at dan madharat, menyembuhkan orang sakit, memberikan rezeki, menolak bahaya, atau berkeyakinan bahwa wajib menta'ati setiap yang dikatakan gurunya/syaikh, walaupun bertentangan dengan Al-Kitab dan As-Sunnah.

Barangsiapa berkeyakinan dengan semuanya itu, maka dia telah berbuat syirik terhadap Allah dengan kesyirikan yang besar, dia keluar dari Islam, dilarang berloyalitas padanya dan menikah dengannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dan janganlah kalian nikahi wanita-wanita musyrikah sebelum mereka beriman, .......... Dan janganlah kalian menikahkan (anak perempuan) dengan laki-laki musyrik sebelum mereka beriman ........". [Al-Baqarah : 221]

Wanita yang telah terpengaruh aliran sufi, akan tetapi belum sampai pada keyakinan yang telah kami sebutkan diatas, tetap tidak dianjurkan untuk menikahinya. Entah itu sebelum terjadi aqad ataupun setelahnya, kecuali bila setelah dinasehati dan bertaubat kepada Allah.

Yang kita nasehatkan adalah bertaubat kepada Allah, kembali kepada yang haq, meninggalkan aliaran yang batil ini dan berhati-hati terhadap orang-orang yang menyeru kepada kejelekan-kejelekan. Hendaknya berpegang teguh dengan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah, membaca buku-buku bermanfa'at yang berisi tentang aqidah yang shahih, mendengarkan pelajaran, muhadharah dan acara-acara yang berfaedah yang dilakukan oleh ulama yang berpegang dengan teguh pada manhaj yang benar.

Juga kita nasehatkan kepada para istri agar taat kepada suami mereka dan orang-orang yang bertanggung jawab dalam hal-hal yang ma'ruf.

Semoga Allah memberikan taufiq-Nya.


[Fatwa ini dikeluarkan tanggal 18 Jumadil Awal 1414H dengan No. Fatwa 16011, dan dimuat di majalah As-Sunnah Edisi 17/II/1416H-1996M. Diterjemahkan oleh Andi Muhammad Arief Mardzy]

Ancaman Lali Sholat

Ancaman Melalaikan Salat (Mutiara Rasul1)

Barang siapa melalaikan salat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT.

Ketika Malaikat Jibril turun dan berjumpa dengan Rasulullah SAW, ia berkata, “Wahai Muhammad, Allah tidak akan menerima puasa, zakat, haji, sedekah, dan amal saleh seseorang yang meninggalkan salat. Ia dilaknat di dalam Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran. Demi Allah, yang telah mengutusmu sebagai nabi pembawa kebenaran, sesungguhnya orang yang meninggalkan salat, setiap hari mendapat 1.000 laknat dan murka. Para malaikat melaknatnya dari langit pertama hingga ketujuh.
Orang yang meninggalkan salat tidak memperoleh minuman dari telaga surga, tidak mendapat syafaatmu, dan tidak termasuk dalam umatmu. Ia tidak berhak dijenguk ketika sakit, diantarkan jenazahnya, diberi salam, diajak makan dan minum. Ia juga tidak berhak memperoleh rahmat Allah. Tempatnya kelak di dasar neraka bersama orang-orang munafik, siksanya akan dilipatgandakan, dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili akan datang dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu neraka jahanam akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke dalamnya, terjun dengan kepala terlebih dulu, menukik ke tempat Qorun dan Haman di dasar neraka.
Ketika ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, makanan itu berkata, ‘Wahai musuh Allah, semoga Allah melaknatmu, kamu memakan rezeki Allah namun tidak menunaikan kewajiban-kewajiban dari-Nya.’ Ketahuilah, sesungguhnya bencana yang paling dahsyat, perbuatan yang paling buruk, dan aib yang paling nista adalah kurangnya perhatian terhadap salat lima waktu, salat Jumat, dan salat berjemaah. Padahal, semua itu ibadah-ibadah yang oleh Allah SWT ditinggikan derajatnya, dan dihapuskan dosa-dosa maksiat bagi siapa saja yang menjalankannya.
Orang yang meninggalkan salat karena urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak Islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawiyah.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa meninggalkan salat hingga terlewat waktunya, lalu mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun).... Sedangkan ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis sebuah hadis, “Barang siapa meninggalkan salat fardu dengan sengaja walaupun satu salat, namanya akan tertulis di pintu neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas berkata, ”Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakanlah, ya Allah, janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang yang sengsara.’ Kemudian Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah kamu siapakah mereka itu?’ Para sahabat menjawab, ‘Mereka adalah orang yang meninggalkan salat. Dalam Islam mereka tidak akan mendapat bagian apa pun’.”

Shirathal Mustaqim
Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa meninggalkan salat tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih. Diriwayatkan, pada suatu hari Rasulullah SAW berkata, ”Katakanlah, ya Allah, janganlah Engkau jadikan seorang pun di antara kami celaka dan diharamkan dari kebaikan.”
“Tahukah kalian siapakah orang yang celaka, dan diharamkan dari kebaikan?”
“Siapa, ya, Rasulullah?”
“Orang yang meninggalkan salat,” jawab Rasulullah.
Dalam hadis yang berhubungan dengan peristiwa Isra Mikraj, Rasulullah SAW mendapati suatu kaum yang membenturkan batu ke kepala mereka. Setiap kali kepala mereka pecah, Allah memulihkannya seperti sedia kala. Demikianlah mereka melakukannya berulang kali. Lalu, beliau bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”
“Mereka adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk mengerjakan salat,” jawab Jibril.
Diriwayatkan pula, di neraka Jahanam ada suatu lembah bernama Wail. Andaikan semua gunung di dunia dijatuhkan ke dalamnya akan meleleh karena panasnya yang dahsyat. Wail adalah tempat orang-orang yang meremehkan dan melalaikan salat, kecuali jika mereka bertobat.
Bagi mereka yang memelihara salat secara baik dan benar, Allah SWT akan memuliakannya dengan lima hal, dihindarkan dari kesempitan hidup, diselamatkan dari siksa kubur, dikaruniai kemampuan untuk menerima kitab catatan amal dengan tangan kanan, dapat melewati jembatan shirathal mustaqim secepat kilat, dan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.
Dan barang siapa meremehkan atau melalaikan salat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, dan tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SAW.
Adapun enam siksaan yang ditimpakan di dunia adalah dicabut keberkahan umurnya, dihapus tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih sayang terhadap sesama), tidak diberi pahala oleh Allah semua amal yang dilakukannya, doanya tidak diangkat ke langit, tidak memperoleh bagian doa kaum salihin, dan tidak beriman ketika roh dicabut dari tubuhnya.
Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati secara hina, mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus. Andai kata diberi minum sebanyak lautan, ia tidak akan merasa puas.
Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah, kubur mengimpitnya hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya dibakar hingga sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya diserahkan kepada seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu berupa api dan kukunya berupa besi, kukunya sepanjang satu hari perjalanan. ”Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan salat Subuh hingga terbit matahari, mengundurkan salat Zuhur hingga Asar, mengundurkan salat Asar hingga Magrib, mengundurkan salat Magrib hingga Isya, dan mengundurkan salat Isya hingga Subuh,” kata ular itu.
Setiap kali ular itu memukul, tubuh mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar 3.000 meter, ke dalam bumi. Ia disiksa dalam kubur hingga hari kiamat. Di hari kiamat, di wajahnya akan tertulis kalimat berikut: Wahai orang yang mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputus asalah kamu dari rahmat-Nya.
Adapun tiga siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT adalah, pertama, ketika langit terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai sepanjang 70 hasta untuk mengikat lehernya. Kemudian memasukkan rantai itu ke dalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang tubuhnya. Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan bagi orang yang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.” Ibnu Abas berkata, ”Andai kata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.”
Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga, Allah tidak menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih.
Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan salat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Amin.

AST

Rasulullah SAW bersabda, “Sembahlah Allah seakan engkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Jalan Sufi

Jalan Sufi
Reportase Dunia Ma'rifat


BAGIAN PERTAMA: KAJIAN SUFISME DI BARAT


CATATAN-CATATAN

Dimana mungkin, kutipan-kutipan telah dibuat dari karya-karya Eropa, Amerika dan karya lain yang komparatif.

Semua tanggal dinyatakan dalam term Era Kristen (Masehi).

1. 'Tholuck, F.A.G., Sufismus sive Theosophia Persarum pantheistica (Berlin, 1821, dalam bahasa Latin).

2. Ritual masonis (anggota perkumpulan semacam kebatinan), kata, istilah, dan lain-lain, seringkah dapat 'diuraikan' dengan menggunakan sistem-sistem Sufi. Sebagai contoh dan rujukan, lihat karya saya The Sufis (New York 1964; London, 1966), hlm. xix, 50, 178, 179, 182, 183, 184, 186, 188. Berkaitan dengan tradisi (lihat J.P Browm, The Darvishers [London, 1927], hlm. 229) Para anggota Mason (yang) Sufi memiliki satu wewenang dari Pondok Agung (Grand Lodge) Tiberias, anggota-anggota yang melarikan diri dari penghancuran Jerusalem. Mereka telah menjadi terkenal secara luas di Timur Dekat melalui Dzun Nun (wafat 860).

3. Berhubungan dengan penyair dan guru Sufi abad keempatbelas, Jami' (dalam karyanya Nahfat al-Uns). Syeikh Suhrawardi mencatat kata dari abad kesembilan, dan kata tersebut tidak ditemukan di dalam kamus-kamus serupa satu tanggal yang secara komparatif sebelum tanggal tersebut.Imam Qusyairi dalam karyanya Rasail menempatkan kemunculan kata-kata tersebut pada sekitar 822 M. Para Sufi lebih awal telah menggunakan banyak nama-nama, termasuk 'Keluarga', 'Pertapa', 'Saleh', 'Orang-orang yang Taqarrub'.

4. Misalnya, dalam Ibnu Masarra dari Cordoba (Spanyol) (883-931). Untuk pengaruh Sufistik di Eropa lihat misalnya, Garcin de Tassy, Pendahuluan pada Mantiq-Uttair ('Parliament of the Birds') (Paris, 1864).

5. Shuf = wool. Para eksternalis di Timur dan Barat telah seringkali mengadopsi etimologi tersebut, yang oleh karena itu muncul di dalam buku-buku referensi sebagai derivasi.

6. 'Wool adalah pakaian binatang', 'Ash-Shuf libas al-Inam': kutipan bahasa Arab dari The Revealation of the Veiled ('Pembukaan Rahasia tentang Misteri'), karya Hujwiri. Lihat Sirdar Ikbal Ali Syah, Islamic Sufism (London, 1933), hlm. 17.

7. Derivasi ini dan lainnya telah digunakan oleh diri kaum Sufi sendiri, menerangkan bahwa 'hakim' bukan kata orisinil, tetapi paling mendekati yang mana para Sahabat dapat menemukan kata milik mereka untuk diri mereka sendiri.

8. Manfaat lebih tinggi dari pikiran: misalnya, bandingkan, Kuplet Persia, 'Ba Mursyid besyudi Insan/Be Mursyid mandi Haiwan' ('Dengan seorang Penunjuk Jalan, engkau mungkin menjadi seorang manusia yang sesungguhnya, tanpa dia engkau mungkin akan tetap seekor binatang'); dan ar-Rumi : 'Dari satu daerah ke daerah lain manusia pergi, mencari alasan kehadirannya, dapat diketahui, keadaan sehat dan tegap -- melupakan bentuk-bentuk lebih awal dari kecerdasan. Maka, akan meninggalkan jauh di belakang bentuk-bentuk pemahaman yang sekarang... Ada seribu bentuk-bentuk lain dari Pikiran (jiwa) ... ' dan 'Tingkat dari kebutuhan menentukan perkembangan alat tubuh manusia ... oleh karena itu tingkatkan kebutuhanmu.' (Matsanavi-i-Maanavi: Kuplet tentang Makna Batin).

9. Jewish Encyclopaedia, vol. XI, hlm. 579, 580, 581, dan seterusnya. Orang-orang Bijak Yahudi dipandang oleh para sarjana Barat sebagai mengikuti aliran Sufi Spanyol termasuk: Juda Halevi dari Toledo dalam karyanya Cuzari; Moses ben Ezra dari Granada; Josef ben Zadiq dari Cordoba, dalam karyanya Microcosmus; Samuel ben Tibbon; Simtob ben Falaquera.

10. Identitas gagasan-gagasan Sufi dengan orang-orang Mesir kuno, aliran Pythagorian dan Platonik tercatat, misalnya oleh M.A. Ubicini, Letters on Turkey (London, 1856).

11. Lihat Tholuck, op. cit. Buku ini muncul sepuluh tahun sebelum Mme Blavatsky dilahirkan, dan sembilan tahun sebelum kelahiran Kol. Olcott, salah seorang pendiri Masyarakat Teosofis (Theosophical Society).

12. R.A. Nicholson, The Mystic of Islam (London, 1914), hlm. 3-4. Profesor Nicholson pada masanya dipercaya menjadi seorang penulis tentang Sufisme dan menerbitkan beberapa buku dan terjemahan yang bermanfaat. 'Nicholson adalah penulis terbesar mengenai mistikisme Islam yang telah dilahirkan negara ini, dan didalam banyak bidang yang dimilikinya, adalah penulis paling penting di dunia.' (The Times, 27 Agustus 1945).

13. R.A. Nicholson (penerjemah), The Kasyf al-Mahjub ('Revelation of the Veiled') (London, 1911), hlm. 34.

14. Untuk Cyprian Rice, The Persian Sufis (London, 1964), hlm. 9. Peningkatan orang-orang Katholik Roma yang tertarik dalam Sufisme, terlihat dalam efek yang signifikan atas para mistikus dan akademisi Katholik, yang belum lama berselang dijelaskan oleh kenyataan bahwa buku ini telah memberi Nihil Obstat dan The Imprimatur dari penulis-penulis Dominica dan Diocesa dari Roma. Penulisnya percaya bahwa tujuan masa depan dari Sufisme akan 'memungkinkannya suatu penyatuan dari pemikiran religius antara Timur dan Barat, suatu penggabungan dan pengertian oekumenikal yang utama, yang mana akan membuktikan terakhir kali dalam rasa paling benar, atas kedua sisi, suatu pembalikan kepada sumber, kepada kesatuan yang asli' (Ibid., hlm. 10).

15. Disimpulkan oleh seorang Sufi kuno, Abdul Aziz Mekki (wafat 652) sebagai: 'Berilah seekor keledai (makanan) salad, dan ia akan bertanya jenis (makanan) apakah rumput berduri ini?'

16. The Sufis (NewYork, 1964; London, 1969).

17. Prof Miguel Asin y Palacios, 'Un Precurso hispanomusulman de San Juan de la Cruz', Andalus, I (1933), hlm. 7 dan seterusnya. Lihat juga P Nwyia, 'Ibnu Abbad de Ronda et Jean de la Croix', Andalus, XXII (1957), hlm. 113 dan seterusnya.

18. Asia, 'El Simil de los Castillos y moradas del alma en la mistica islamica y en Santa Teresa', Andalus, II (1946), hlm. 263 dan seterusnya.

19. Shah, The Sufis, hlm. 239; dan Baron Carra de Vaux dalam Journal Asiatique, XIX, hlm. 63. The Franciscan, Roger Bacon (wafat 1294), mengenakan pakaian Arab, berceramah di Oxford, mengutip Hikmat al-Isyraq ('Wisdom of Illumination') diidentifikasi dengan aliran Sufi dari Syeikh Syihabuddin Yahya Suhrawardi, yang telah dieksekusi karena pengingkaran terhadap agama dan membawakan (perilaku buruk) 'filsafat kuno' pada tahun 1191. Untuk hubungan Franciscan dengan Sufisme, lihat The Sufis.

20. Shah, The Sufis, hlm. xvi, 155, 191, 194, 196, 199, 202-4, 243, 370.

21. Asin, Abenmasarra; dan Shah, The Sufis, hlm. xvii, xix, 42,140, 203-5, 243, 244, 246, 247, 261, 370, 388, 389. Lihat juga J. Ribera, Origines de la Filosofia de Raimundo Lulio.

22. C.F. Loehlin, 'Sufisme and Sikhisme', Moslem World, xxix (1939), hlm. 351 dan seterusnya; dan lihat Shah, The Sufis, hlm. 358 dan seterusnya.

23. C. Swan, Gesta Romanorum (London, 1829), dan lain-lain. Pertamakali dikenal manuskrip Barat dari koleksi tanggal ini dari tahun 1324. Cerita-ceritanya merupakan sumber dari karya Shakespeare: King Lear, The Merchant of Venice, Pericles, The Rape of Lucrece. Chaucer, Lydgate dan Boccaccio semua termasuk bahan dari sumber ini.

24. A. Barth, Religions of India; Dr. Tara Charid, The Cultural History of India (Heyderabad, 1958), hlm. 153; dan Shah, The Sufis, hlm. 356 dan seterusnya.

25. Lihat Shah, The Secret Lore of Magic (London, 1957). Untuk sikap Sufi terhadap magis, lihat The Sufis, hlm. 326 dan seterusnya; dan Shah, Destination Mecca (London, 1957), hlm. 169 dan seterusnya. Untuk bagian-bagian supranatural pelatihan Sufi, lihat J.P. Brown, The Darvishes (London, 1867; republished 1927); L.M J. Garnett, Mysticisme and Magic in Turkey (London, 1912); S.A. Salik, The Saint of Gilan (Lahore, 1953); J.A. Subhan, Sufism, its Saints and Shrines (Lucknow, 1939).

26. Metode psikologikal Freud tentang interpretasi simbol-simbol digunakan dalam Niche karya Sufi al-Ghazali, sembilan ratus tahun sebelum Freud. Lihat (s.v. Symbolism) terjemahan Gairdner dari The Niche (Royal Asiatic Society, London, 1924). 'Teori Archetypal Jungian' telah dikenal kaum Sufi pada zaman kuno: lihat R. Landau, The Philosophy of Ibn Arabi (New York, 1959), hlm. 4 dan berikutnya. Hutang Freud kepada Cabbalisme dan mistikisme Yahudi, yang mana para penulis Yahudi menganggap sebagai turunan dari Sufisme atau identik dengan itu, dibahas Prof David Bakan dalam Sigmurid Freud and the Jewish Mystical Tradition (New York, 1958).

27. Laporan-laporan tertentu dan lainnya, tidak mengetahui kenyataan bahwa buku-buku Sufi jarang memiliki indeks (sehingga pembaca akan membaca buku di dalam keseluruhannya), telah menyesalkan tidak adanya indeks untuk The Sufis. The Coombe Springs Press telah menerbitkan suatu indeks secara tersendiri untuk The Sufis pada tahun 1965.

28. E.WF. Tomlin, F.R.A.S., Great Philosophers of The East (London, 1959), hlm. 295.

29. Great Philosophers of the West.

30. Dipublikasikan di London, 1959 dan 1960.

31. Beberapa pendapat ahli mengenai 'asal-usul' dari Sufisme: 'Pengaruh dari mistikisme Kristen adalah penting' (Tomlin, Great Philosophers of the East, hlm. 295); 'Suatu reaksi dari beban-beban monoteisme yang kering, hukum yang kaku, dan ritual yang dingin' (rev. Dr. Sell, Sufism [Madras, 1910], hlm. 11); ... mempunyai asal-usulnya dalam konsepsi-konsepsi religius India danYunani' (J.P Brown, op. cit., p.v); 'muncul menjadi suatu jenis Gnostik' (J.W Redhouse, The Mesnevi [London, 1881], hlm. xiv); ' ... karakter emosional Sufisme, demikian berbeda dari teori-teori dingin dan kurang darah para filosuf India, adalah nyata atau jelas'. (E.G. Browne, A Literary History of Persia [London,1909], hlm. 442); 'sebuah sekte kecil Persia' (F. Hadland Davis, The Persian Mystics: Jalaluddin Rumi [London, 1907], hlm. 1); 'pemutar-balikan ajaran-ajaran Muhammad' (Miss G.L. Bell, Poems from the Divan of Hafiz [London, 1928], hlm. 51); 'berasal sebagian dari Plato, "the Attic Moses", tetapi utamanya dari agama Kristen' (E.H. Whinfield, Masnavi I Ma'navi: the Spiritual Couplets [London, 1887], hlm. xv); 'Para orientalis ... sesungguhnya telah mempertalikan atau menghubungkan asal-usul Sufisme pada Persia, Hindu, Neoplatonik atau sumber-sumber Kristen. Tetapi penghubungan-penghubungan ini telah selesai dengan pembatalan satu sama lain' (T. Burckhardt, An Introduction to Sufi Doctrine [Lahore, 1959], hlm. 5).

32. R.A. Nicholson, seleksi dari Diwan-i-Syams-i-Tabriz (Cambridge, 1898: rev. 1952), hlm. xxxvi dan seterusnya. Profesor Edward Palmer telah mencatat untuk para murid Barat kenyataan bahwa mutrib, bahasa Arab padanan dari troubador, juga menjadi calon untuk 'guru Sufi' (Oriental Mysticism, hlm. 80). Profesor Hitti bahkan lebih eksplisit:

Di Prancis selatan propinsi utama muncul para penyair terlatih dan berpengalaman menjelang abad kesebelas dengan cinta yang mendebarkan diungkapkan dalam sebuah tamsil atau perumpamaan fantastik yang kaya. Para troubador (tarab: musik, nyanyian) yang termasyhur di abad keduabelas telah meniru bagian selatan kontemporer, para penyanyi zajal. Mengikuti preseden Arab, pemujaan terhadap perempuan dengan tiba-tiba muncul di Eropa barat daya. The Chanson de Roland, karya besar paling mulia dari literatur Eropa awal, yang muncul sebelum 1080 menandai permulaan dari masyarakat baru yakni Eropa Barat --seperti puisi-puisi Homeric menandai permulaan sejarah Yunani, mendapatkan eksistensinya pada suatu kontak militer dengan Muslim Spanyol. (PK. Hitti, History of the Arabs [edisi 1951], hlm. 562).

33. Lihat Pendahuluan dari Robert Graves pada Shah, The Sufis hlm. xvii. Penerjemahan bahasa Inggris yang paling dapat diterima dari karya Aththar Parliament of the Birds adalah versi tahun 1954, diterjemahkan oleh C.S. Nott dari copy bahasa Prancis, diterbitkan kembali tahun 1961. Reverend (Pendeta) Baring-Gould telah menunjukkan pada masa Victorian legenda Tell tanpa latar belakang sejarah. Dictionary of Dates karya Haydn (juga Tell) mengatakan: 'Cerita-cerita yang populer mengenainya telah diperagakan menjadi mistis oleh Profesor Kopf dari Lucerne, 1872.'

34. Cara pemujaan Peacock Angel ('Malaikat Burung Merak') ditemukan oleh guru Sufi Syeikh Adi ben Musafir (wafat 1162). Satu bab mengenai masyarakat ini ditemukan dalam Bab 15 dari Arkon Daraul, Secret Societies (London, 1961), diterbitkan di New York pada tahun 1961 sebagai A History of Secret Societies. Simbolologi dari pemujaan dapat menjadi tidak terkunci dengan penggunaan 'notasi abjad' sistem penulisan (kode) yang digunakan oleh kaum Sufi, digambarkan dalam Shah, The Sufis; ini secara ekstensif digunakan oleh para penyair dan kaum Sufi. Lihat juga catatan no. 93.

35. G.I. Gurdjieff meninggalkan petunjuk yang berlimpah pada asal-usul Sufistik yang sebenarnya di setiap poin dalam 'sistem'-nya; meski itu tak pelak lagi memiliki lebih spesifik pada bentuk Khagjagan (Naqsyabandi) dari ajaran darwis. Dalam penambahan untuk praktek-praktek dari 'karya', seperti buku-buku Beelzebub karya Gurdjieff (sebaliknya dikenal sebagai All and Everything) (New York,1950) dan Meeting with Remarkable Men (cet. 2, 1963) dengan banyak referensi, pada sistem Sufi. Ia juga mengutip nama kaum Naqsyabandiyah, Kubrawiyah dan Sufi lainnya, dalam 'prospektus'-nya th. 1923 (Paris) dari suatu presentasi publik (The Echo of the Champs-Elysees, 1, 37, bagian 2 [Paris, 13-25 Desember, 1923]), mengutip sebagai sumber, inter alia, Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Qalandariyah, Kubrawiyah dan praktek-praktek Darwis Mevlevi. Maurice Nicoll, Psychological Commentaries (London, 1952) dan The New Man (London, 1950) berlimpah dengan contoh-contoh metode Sufistik yang digunakan untuk menginterpretasi dokumen-dokumen religius dan lain-lain. Karya-karya ini menyimpang dari cara atau pemakaian dalam hubungannya dengan subyek-subyek dalam suatu cara acak (random), dan lebih menjadi terbantu pada 'aksidental' daripada suatu komunitas murid-murid terpilih. Dengan memperhatikan P.D. Ouspensky: sebagian besar melalui kontaknya dengan Gurdjief, filosof Rusia ini mengedepankan nama-nama kaum Sufi dan Sufisme sebagai suatu sumber dari psikologi kuno, semisal dalam The Psychology of Man's Possible Evolution (London, 1951), hlm. 7. Ouspensky, bagaimanapun, tidak memiliki kontak langsung dengan kaum darwis dan tidak mampu menunjukkan dampak dari pentingnya transposisi ide-ide Sufisme dari sumber-sumber pustaka mereka di Timur dan literatur lainnya ke dalam penggunaan terminologi pada 'sistem'-nya. Masalah apakah ia mampu melakukan sedemikian itu, ia akan mendapati kenyataan bahwa 'sistem'-nya mengabaikan tuntutan (keharusan) Sufi akan 'waktu, tempat dan orang-orang tertentu'. Ia mencoba mensistematisasikan materi (bahan) dari Gurdjieff dalam In Search of the Miraculous (London, 1950), dalam nama ia merekam pembicaraan-pembicaraan dengan Gurdjieff. Baik kaum Sufi Naqsyabandiyah dan para pendukung Gurdjiefl-Ouspensky menyebut studi mereka sebagai 'The Fourth Way'. Lihat Ouspensky The Fourth Way (London, 1957).

36. Hammerskjold and Sufis: Jalaluddin ar-Rumi dikutip secara harfiah olehnya (Hammerskjold, Markings [London, 1964], hlm. 95 dan seterusnya; lihat juga --dalam Reader's Digest, mengutip Dagens Nyheter (Stockholm, 1962)-- salinannya tentang puisi atau syair Sufi diterjemahkan oleh Sir William Jones (1746-94):

Di atas pangkuan orangtua, seorang bayi yang baru lahir telanjang,
Menangis engkau sementara sang dukun dan orang yang mengelilingmu tersenyum.
Demikian hidup, yang menenggelamkan mereka dalam tidur panjang terakhir
Tenang, engkau mungkin tersenyum, sementara sang dukun dan
orang-orang yang mengelilingmu menangis.

37. Drama Shakespeare berisi tidak hanya banyak cerita-cerita Persia, Arab dan asli Timur, tetapi juga apa yang mungkin tampak nyaris secara harfiah kutipan-kutipan dari literatur Sufi. Profesor Nicholson telah mencatat satu atau dua padanan dari Diwan-i-Syams-i-Tabriz dalam terjemahannya dari buku tersebut (lihat catatan no. 32 di atas), hlm. 290 dan 291 dan seterusnya. Lihat juga Garcin de Tassy, Philosopical and Religious Poetry of the Persians (Paris, 1864).

38. Profesor Kenneth Walker, dalam Diagnosis of Man (London, 1962), mengutip aliran Sufi Sanai-Rumi, pemakaian legenda dari 'Elephant in the Dark' ('Gajah didalam Gelap'), untuk memperlihatkan bagaimana orang modern mungkin meraba-raba dengan bagian-bagian dari suatu problem, alih-alih memasuki inti masalah. Walker mengikuti Gurdjieff, lihat karyanya Study of Gurdjieff's Teaching (London, 1957).

39. Sebagai 'The Tale of Ugly Duckling', lihat Shah, The Sufis.

40. F. Hitchman, Burton, I, hlm. 286.

41. Oleh L.A. Hill.

42. Misalnya. J.G. Saxe, The Blind Men dan the Elephant (London, 1964); dan C. Downing (terj.), Tales of the Hodja (London, 1964).

43. Shah, The Sufis, hlm. 208 dan lain-lainnya, 243. Untuk asal-usul 'perempuan penyihir' Timur, lihat J.H. Bracelin, Gerald Gardner -- Witch (London, 1960), hlm. 75; dan A. Daraul, Witches and Sorcerers (New York,1966), hlm. 20, 23-4, 73, 204, dan sebagainya.

44. Lihat Shah, The Sufis, hlm. 187,191, 223, 389; dan A. Daraul, Secret Societies (London, 1961). Orang-orang Rosicrusia menegaskan bahwa pendiri mereka telah membawakan pengetahuan dari Arabia, Fez, dan Mesir. Asul-usul telah dilacak oleh Daraul (Ibid., hlm. 195), kepada tarekat Sufi Qadiriyah.

45. Daraul, Secret Societies, Bab 22; E.J. Jurji, The Illuministic Sufis, JAOS 57, hlm. 90 dan seterusnya, 1937; dan Brown, Darvishes.

46. Lihat Shah, The Sufis, selanjutnya, untuk referensi mengenai pengaruh dari al-Ghazali dan lainnya atas Eropa Barat. Buku-buku mengenai skolatikisme dan sejarah tentang pemikiran abad pertengahan paling banyak merujuk kepada sumber tersebut. Bandingkan Hitti, History of the Arabs; dan G. Left; Mediaeval Thought (London, 1958).

47. Leff, ibid.; dan O.B. Kapor, 'Research Thesis on the Mystic Philosophy of Kabir' (Allahabad University Studies, 10, 1933), hlm. 166.,

48. W. Ivanow, The Truth Worshippers of Kurdistan (Leiden, 1953), hlm. 57-68 dan selanjutnya.

49. Orang-orang yang telah diketahui sebagai orang-orang Assassin adalah suatu organisasi Sufi yang aslinya disebut Asasin (Orang-orang Fundamentalis), suatu cabang yang diambil alih pada abad kesepuluh Masehi oleh Hasan, putra dari Sabah, dikenal sebagai the Great Assassin atau Old Man of the Mountains. Nama ini merupakan suatu kesalahan terjemahan dari penggunaan yang dipaksakan terhadap judul Syeikh al-Jabal (Guru dari Pegunungan), kesalahan yang dibawa atau disumbangkan oleh Barat dalam memberikan makna alternatif (Syeikh) dari 'Senex del Monte' yang disebut para tentara perang Salib atasnya. Orang-orang (pendukung) Aga Khan dianggap diturunkan dari Hasan tersebut. Lainnya, pemimpin lawan dari cara penyembahan tersebut bertempat di Bombay. 'Aliran' yang asli, betapapun, terus berlangsung secara mandiri. Lihat Sirdar Ikbal Ali Shah, 'The General Principles of Sufism' (Hibbert Journal, vol. 20 [ 1921-2], hlm. 523-35). Kebingungan luar biasa telah diciptakan di Barat oleh terjemahan harfiah tentang makna dari nama-nama Arab. Oleh karena itu sebagai contoh, ketika 'Algazel" mungkin terlihat menjadi al-Ghazali, tidak semua orang mengakui 'Doctor Maximus' ('The Greatest Teacher') sebagai asy-Syeikh al-Akbar (Ibnu al-Arabi); atau 'Basil Valentine' ('The Triumphant King') sebagai al-Malik al-Fatih, ahli kimia; atau karena kejadian itu, risalah anti tukang sihir (perempuan) Errores Gaziorum sebagai 'Ghulat Aljazair' ('Sekte Algeria').

50. Shah, The Sufis, hlm. 309, 362-4.

51. Ibid., hlm. 309. Materi Yoga dan Zen sekarang cenderung mengabaikan permintaan-permintaan khusus terhadap pilihan dari murid dan jenis guru.

52. Ibid., hlm. xiv, xix, 225-7, 399.

53. Ibid., hlm. xxii, 50, 104, 106, 115, 163, 166, 223, 393.

54. Profesor M. Asin Palacios: Islam and the Divine Comedy (Ibnu al-Arabi, 1165-1240), tr. H. Sunderland (London, 1926). (La Escatologia Musulmana en la Divina Comedia, Madrid, 1961).

55. Lihat, misalnya, Syamsuddin Ahmad al-Aflaki, Manaqib al-Arifin: terjemahan Redhouse sebagai The Acts of Adepts (London, 1881); dicetak ulang di dalam faksimili editing Kingston sebagai Legends of the Sufis (London, 1965). Lihat juga al-Ghazali, Alchemy of Happiness.

56. Ar-Rumi (1207-73) lahir di Balkh, Afganistan dan wafat di Konia (Iconium) Turki, di mana 'tarian darwis' di muka umum sekarang dilarang kecuali sebagai suatu tontonan turis.

57. Abdul Qadir dari Gilan ('Sultan of the Friends') (1077-1166); Hadrat Bahauddin Naqsyabandi (asy-Syah) (1318-89).

58. 'Subud' didirikan oleh seorang Indonesia, Muhammad Subuh pada tahun 1934. Memperturutkan kata hati secara bebas dalam Latihan diketahui membangkitkan kepada suatu kondisi, sekarang dirujuk di dalam literatur sebagai 'Subud Psychosis'.

59. '"Kebenaran datang setelah 'keadaan' dan ekstasi, serta mendapatkan tempatnya" (Kalabadzi, Kitab at-Ta'aruf, mengutip Junaid dari Baghdad (wafat 910). Dalam versi A.J. Arberry, The Doctrine of the Sufis (Cambridge, 1935), hlm. 106: 'Tetapi apabila Kebenaran telah datang, ekstasi itu sendiri telah tercabut.'

60. Dalam Fihi Ma Fihi (diterjemahkan oleh A.J. Arberry sebagai 'Discourses of Rumi' (London, 1961); The Mathnawi (terj. R.A. Nicholson, London, 1926; J.W Redhouse, London 1881: E.H. Whinfield, London, 1887; C.E. Wilson, London, 1910, dan seterusnya).

61. Buku Pertama dari Hadiqah (terjemahan J. Stephenson sebagai 'Walled Garden of Truth', Calcutta, 1910); Karnama ('Book of the Worf); dan Diwan.

62. Misykat al-Anwar (terjemahan W.H. T. Gairdner sebagai Niche for Lamps, Royal Asiatic Society, London, 1924; Lahore, 1952). Ihya' 'Ulumiddin ('Revival of Religious Sciences'),

63. Futuhal al-Makkiyah ('Openings in Mecca'); Fushush al-Hikam ('Bezels of the Wisdoms'); Kimiya' as-Sa'adah (Alchemy of Happiness'); Tarjuman al-Asywaq ('Interpreter of Desires', terjemahan Nicholson).

64. Lihat Dietrici, Der Darwinismus im 10. and 19. Jahrhundert (Leipzig,1878); dan ar-Rumi, Matsnawi.

65. Syabistari, Garden of Mysteries/Secret Garden (abad ke-13-14); Sayad Ahmad Hatif Isfaharii, Tarjiband; dan lain-lain.

66. Misalnya, 'Dunia tersembunyi memiliki mendung dan hujan, dari suatu jenis yang berbeda ... terbuat nyata hanya bagi orang beradab, hal itu bukan ditipu oleh pemandangan keseluruhan dunia yang biasa' (ar-Rumi, Matsnawi):

Ghaib ra abri wa abi digar ast
Asman wa aftab-i-digar ast.
Nayad an illa ki bar pakan padid
Barqiyan f labs min khalkin jadid.

67. Misalnya dalam karya Hujwiri (abad ke-11) The Revelation of the Veiled, s.v. 'Recapitulation of their Miracles'.

68. Lihat, sebagai contoh, No. IX dalam Diwan-i-Syams-i-Tabriz, hlm. 32 karya Nicholson (abad ke-13 dalam teks bahasa. Persia).

69. Profesor Mohammed Ali Aini, terjemahan A. Rechid, La Quintessence de la philosophie de Ibn-i-Arabi (Paris, 1926), hlm. 66-7.

70. Junaid dari Baghdad (wafat 910) oleh karena itu menjawab pemikiran yang terkondisi: 'Tidak ada seorang pun yang mencapai tingkat Kebenaran hingga seribu orang paling jujur memberikan kesaksian bahwa dia seorang (yang melakukan) bid'ah'.

71. Dalam bahasa Arab: At-Turuqu Ilahika nufusi bani Adama' (lihat Sirdar Ali Shah, Islamic Sufism, hlm. 211).

72. Lihat misalnya, Sa'di (1184-1263), Gulistan ('Rose Garden'), 'On the Manners of Dervishes' ('Tentang Pekerti Para Darwis'), terjemahan Agha Omar Ali Syah, Gulistan (Syeikh Mushlihuddin Sa'di asy-Syirazi, Le Jardin de Roses), Paris, 1966 Bandingkan Ibnu Hamdan, dikutip dalam Kasyf karya Hujwiri: 'Pastikan bahwa engkau tidak memperlakukan (melatih) dirimu sendiri untuk musik kalau hal itu menahanmu bahkan dari persepsi yang lebih tinggi.' Para darwis kontemporer dari tarekat Chisytiyah telah tersesat jauh dari intruksi-intruksi pendiri mereka dalam masalah ini, setuju dengan suatu keadaan terpisah dan ekstasis disebabkan oleh mendengar atau bermain musik. Muinuddin Chisyti sendiri menulis menentang praktek-praktek tersebut: "Mereka tahu bahwa kita mendengar musik dan bahwa kita menyadari 'rahasia-rahasia' tertentu sebagai suatu hasil. Jadi mereka bermain musik dan memasukkan diri mereka sendiri kedalam 'keadaan-keadaan' itu. Mengetahui bahwa setiap mendengar harus memiliki semua kebutuhannya terpenuhi, bukan hanya musik, pikiran, konsentrasi. Ingat: apa baiknya susu yang menakjubkan yang dihasilkan seekor lembu yang menyepak (menendang) ember tempat perahan susunya?' (Risalat, Epistles to Disciples).

73. Meski semua ditunaikan secara basa basi pada ajaran-ajaran Ibnu al-Arabi, sebagai contoh, mereka tidak menyerap kata-kata semacam itu, di mana dia merujuk Sufisme:

Dia telah dibingungkan oleh semua yang dipelajari tentang Islam,
Semua yang telah belajar Mazmur atau Zabur,
Setiap Rabbi Yahudi,
Setiap Pendeta Kristen.

Atau kata-kata terkenal dari Abu Said ibnu Abi al-Khair (1040):

Hingga kolese dan menara telah runtuh
Karya suci kita ini tidak akan selesai.
Hingga keimanan menjadi pengingkaran, dan pengingkaran menjadi keyakinan
Di sana tidak akan ada Muslim sejati.

Mengenai batas-batas 'kendaraan' religius: Apa yang dapat Aku kerjakan, wahai orang-orang Muslim? Aku tidak dapat mengetahui diriku. Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Majusi, bukan Muslim. Bukan dari Timur, ataupun dari Barat' Diwan-i-Syams-i-Tabriz, xxxii, hlm. 124 (versi Persia).

74. Ibnu al-Arabi, Fushush al-Hikam ('Bezels or Segments of the Wisdom'), s.v El-Fas el-Adamia ('Segment of Adam): Menyatakan makna yang sama dengan penggunaan kata-kata lain (paraphrase), dalam S.A. Husaini, Ibnu al-Arabi (Lahore, 1931); versi bahasa Prancis: Burckhardt, T., Sagesse des Prophetes (Paris,l955) hlm. 22.

75. J.K Birge, The Bektashi Order of Dervishes (London,1937), hlm. 39, catatan no. 3.

76. Brown, The Darvishes, hlm. 475.

77. Cara-cara penyembahan ini kadang menunjukkan kemerosotan komunitas-komunitas serupa seperti yang saya gambarkan dalam Destination Mecca, hlm. 169 dan selanjutnya.

78. Suatu penetrasi persepsi dari kenyataan bahwa banyak gagasan-gagasan kaum Sufi telah disaring ke dalam komunitas primitif itu telah ditulis oleh penyair terkenal Ted Hughes dua tahun lalu: "Orang akan sangat cenderung mengatakan bahwa Syamanisme mungkin lebih baik menjadi barbar, keturunan yang tersesat dari Sufisme' (The Listener, 29 Oktober 1964, hlm. 678).

79. P. Lawrence, Road Belong Cargo (London, 1964), memuat sebuah deskripsi dari cara penyembahan tersebut dan sebuah bibliografi yang luarbiasa.

80. Vol. 290, no. 1754, hlm. 481-595; dan vol. 291, no. 1756, hlm. 123-35.

81. Siraat (dalam bahasa Inggris), Delhi, vol. I, no. 5, 1 Januari 1961, hlm. 5, kolom 1-3, 'Sufism in a Changing World', oleh Selim Brook-White ('Murid').

82. International Journal of Clinical and Experimental Hypnosis, vo1.10, no. 4 (Oktober), hlm. 271-4: J. Hallaj, 'Hypnotherapeutic Techniques in a Central Asian Community'. Cetak ulang dalam R.E. Shor dan M.T Orne, The Nature of Hypnosis (Bacaan Dasar yang Terseleksi) (New York, 1965), vol. 6, hlm. 453 dan seterusnya.

83. Vol. 197, no. 1132, Mei 1960: W. Foster, 'The Family of Hashim', hlm. 269-71.

84. Vol. clxii, no. 4210, 9 Desember 1965: D.R. Martin, 'Below the Hindu Kush', hlm. 870.

85. Beberapa dari artikel ini sekarang dicetak ulang dalam R.W Davidson, Document on Contemporary Dervish Communities (London, 1966-7).

86. The Times, no. 55, 955, 9 Maret 1964, 'Elusive Guardians of Ancient Secrets', hlm. 12, kolom 6-8.

87. She (Maret, 1963), hlm. 58: ('She: lihat rubrik Agama no. 11); dan juga (September 1965) 'The Hard High Life' oleh Mir S. Khan, hlm. 68-70. (Keduanya menggambarkan hal tersebut).

88. Dari karya monumental al-Ghazali, Ihya' 'Ulumiddin ('Revival of Religious Sciences').

89. Kalimat-kalimat kaum Sufi dan Sufisme oleh Para ahli sejarah Sufi awal: Dzun Nun orang Mesir (wafat 860): "Seorang Sufi adalah orang yang berbicara selaras dengan tingkah-lakunya, dan yang diam menandakan keadaannya, dan yang memutuskan hubungan dengan duniawi."

Rabi'ah al-Adawiyah, seorang tokoh Sufi perempuan (wafat 717): "Sufi adalah diri yang tidak merasa takut akan Neraka, juga tidak mengharapkan Surga."

Abul Hasan Nuri (wafat 907): "Sufisme adalah penangguhan seluruh kesenangan (singkat) terhadap dunia."

Hujwiri (abad kesebelas): "Para pengikut Sufisme adalah orang yang mencari untuk mencapai tingkat membunuh diri sendiri dan menghidupkan kebenaran dengan bekerja keras. Dia yang telah mencapai tujuan ini disebut seorang Sufi."

Junaid dari Baghdad (wafat 910): "Sufisme adalah suatu atribut di dalam mana merupakan nafkah hidup manusia."

Nuri: "Sufi tidak memiliki dan tidak dimiliki oleh sesuatu."

Ibnu al-Lalali (abad kesebelas): "Sufisme adalah kebenaran tanpa rumusan."

90. Ar-Rumi, 'AQL' (intelektual yang sesungguhnya). Dia juga mengatakan: "Buku tentang Sufi adalah tidak tertulis dan tersurat." (Matsnawi).

91. Inilah mengapa diagram-diagram psikologis dan lainnya menjadi 'mandala-mandala' dan 'figur-figur magic'.

92. Bermacam versi dari 'cerita-cerita ajaran' darwis dalam karya saya Tales of the Dervishes (London, 1967) telah ditampilkan oleh para guru Sufi sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada mereka, untuk alasan tersebut.

93. Seperti Profesor A.J. Arberry dari Cambridge meletakkannya, doktrin adalah tidak jelas (kabur) karena hal itu 'didasarkan secara luas atas pengalaman-pengalaman (sangat alamiah) mereka, nyaris tak terkomunikasikan' (Tales from the Mathnawi, London, 1961, hlm. 19). Term secara teknis untuk satu bentuk dari hal ini, penggunaan kata-kata yang tertulis dengan cara yang sama yang memiliki makna yang berbeda-beda, adalah Jinas-i-Mukharif banyak digunakan dalam puisi atau syair. Gibb (History of Ottoman Poetry [1900], I, 118) memperlihatkan kekerabatan (kebiasaan) dengan sistem ini, tetapi tidak menggunakannya dalam studi-studinya.

94. Mahmud Syabistari (1317), lazimnya dengan banyak guru Sufi, berbicara tentang alam (dunia) yang singkat dalam formulasi

Jika seorang Muslim tahu apa itu sebuah berhala
Dia akan tahu bahwa ada agama dalam pemujaan terhadap berhala
Jika penyembah berhala tahu apa itu agama
Dia akan tahu di mana diri telah tersesat
Dia melihat tidak ada apa-apa didalam berhala kecuali ciptaan yang nyata:
Inilah mengapa didalam hukum Islam, diri seorang kafir.
(Gulshari-i-Raz: 'Garden of Secret').

Dalam teks bahasa Persia:

Musulman gar bi-danist ki but chist
Bi-danisti ki din dar butparasto'st.
Agar musyrik zi din agah gashti.
Kuja dar din i khud gumrah gashti.
Na did u dar but illa khalqi zahir:
Badan illat shud an dar Shara, Kafir.

95. Bagaimanapun kecilnya bagian penting dari penyebaran Sufi ini diketahui dalam literatur lapangan dengan ditunjukkan oleh kenyataan bahwa nyaris hanya referensi humor dalam Sufisme dalam semua kisah, dibuat oleh seorang murid Amerika (Birge, The Bektashi Order of Dervishes, hlm. 88); dan bahkan dia memandang hal itu sebagai suatu 'karakteristik khusus' dari Aliran yang dia pelajari. Lihat juga, Shah, Exploits of the Incomparable Mulla Nasrudin (Jonathan Cape, London, 1966).

96. Kasus yang paling dikenal adalah bahwa Husain ibnu Manshur al-Hallaj, pahlawan Sufi yang agung, dipotong hidup-hidup dan dibunuh, jasadnya kemudian dibakar, atas perintah Khatifah al-Muqtadir, dari keturunan Harun ar-Rasyid, pada tahun 922, karena dengan lantang menyatakan bahwa dirinya adalah Tuhan. Profesor Louis Massignon spesialis ahli dalam literatur al-Hallaj. Lihat juga catatan no. 101 di bawah. Guru agung Suhrawardi juga dieksekusi karena ajaran 'filsafat kuno' pada abad keduabelas (lihat catatan no. 19 di atas).

97. Mengenai kelompok dan gerakan terkondisi dan terindoktrinasi, lihat R.J. Liftan, Thought Reform (London, 1961); J. Mann, Changing Human Behaviour (NewYork,1965); W.J.H. Sprott, Human Groups (London, 1958); M. Phillips, Small Social Groups in England (London, 1965).

98. Kisah tentang bagaimana Uwais telah dikunjungi oleh para sahabat Rasul setelah beliau wafat ditemukan dalam banyak buku, termasuk yang terkenal 'Recital of the Friends' (Lives of the Saint) oleh Fariduddin Aththar, diterjemahkan oleh A. Pavet de Courteillle sebagai Le Memorial des saints (Paris, 1889), hlm. 11 dan lainnya. Lihat ringkasan bahasa Inggris karya Dr. Behari (Fariduddin Attar's Tadhkiratul-Auliya) (Lahore, 1961).

99. Lihat Awarif al-Ma'arif, ditulis pada abad ketigabelas oleh Syeikh Syihabuddin Umar ibnu Muhammad Suhrawardi (versi Mahmud ibnu Ali al-Hasani, diterjemahkan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Inggris oleh Letnan Kolonel H. Wilberforce Clarke [Calcutta, 1890]).

100. Kutipan terdapat dalam bahasa Arab: 'Syaribna 'ala dzikri al-habibi mudamatu/Syakirna bi ha min qalbi an yukhlaka alkarmu.' Profesor Hitti (op. cit., hlm. 436) menyebut Ibnu al-Farid hanya seorang penyair mistik. Sumbangan terjemahan Wilberforce Clarke, lihat supra, catatan no. 82.

101. Lihat Profesor L. Massignon, Le Diwan d'Al Hallaj (Paris, 1955) dan seterusnya.

102. Lihat karyanya Turkish Nationalism and Western Civilisation (London, 1959).

103. Sebagai contoh, diktum Ibnu al-Arabi: 'Orang-orang berpikir bahwa seorang Syeikh seharusnya menunjukkan keajaiban-keajaiban dan menyatakan pencerahan. Kebutuhan dari seorang guru, bagaimana pun, adalah bahwa dia hendaknya memiliki semua yang dibutuhkan murid.'

104. Dicatat dalam Hujwiri, The Revelation of the Veiled.

105. Manaqib, lihat catatan no. 55 di atas.

106. Dia menulis Majma' al-Bahrain ('Confluence of the Two Seas') diterbitkan dalam terjemahan oleh the Asiatic Society of Bengal.

107. Dalam sebuah 'lingkaran' Sufi, bahwa seorang anggota yang tidak cocok akan merusak upaya dari seluruhnya; hal ini diucapkan, misalnya, oleh Sa'di dalam Gulistan, 'On the Manners of Dervishes'.

108. Omar Khayyam (wafat 1123): untuk pertimbangan-pertimbangan terhadap ajaran-ajaran Sufi 'Khayyamis', lihat Swami Govinda Tirtha, The Nectar of Grace --Omar Khayyam's Life and Works (Allahabad,1941); dan Shah, The Sufis, hlm. 164-71. Puisi yang dikutip adalah kwartin 24 dari Bodieian MS., disunting oleh E. Heron-Allen (The Ruba'iyat of Omar Khayyam, London, 1898), hlm. 141. Teks aslinya:

Dar sauma'a wa madras wa deir wa kanisht --
Tarsinda zi dozakhand wa juya-i-bihisht.
Ankas ki zi asrar-i-khuda ba-khabar ast:
Z'in tukhm dar andarun-i-dil hich nakasht.

Rubaiyat karya Khayyam telah diterjemahkan ulang dan diterbitkan pada tahun 1967 oleh Robert Graves dan Omar Ali-Shah dengan komentar-komentar kritis.

109. Lihat versi bahasa Inggris oleh Maulvi S.A.Q. Hussaini, dalam Ibn Al- Arabi (Lahore, 1931), VI, 1, hlm. 38.

110. R. Simac, 'In Naqshabandi Circle', Hibbert Journal (Spring, 1967), vol. 65, no. 258. Lihat juga Shah, Exploits of the Incomparable Mulla Nasrudin (London dan New York, 1966), dan Caravan of Dreams (London, 1968).

HIMBUAN PBNU

Himbauan Ketua Umum PBNU Soal Gejala Konflik Internal Umat Islam
25/04/2007

Sehubungan dengan gejala konflik internal umat Islam akhir-akhir ini, seperti di Sampang (Madura), Bangil dan dan Jember, saya serukan hal-hal sebagai berikut:

1. Teman-teman kelompok Syiah (yang sangat minoritas) hendaknya menghindari dan tidak mengucapkan di depan umum hal-hal yang dapat menyinggung perasaan masyarakat Sunni (yang merupakan kelompok mayoritas) di Indonesia, seperti menghujat Saidina Abu Bakar, Umar, Usman, Syekh Abdul Qodir Jaelani, Imam Buchori, Imam Muslim, Abu Huroiroh, Hadratus Syeh Hasyim As’ari dan seterusnya. Karena kaum Sunni di Indonesia juga sangat menghormati Saidina Ali (Karromallhu Wajhah) dan seluruh ahlul bait. Mengapa Syiah mesti menyerang Sunni. Kalau serangan itu dilakukan tidak mungkin dapat dihindari reaksi-reaksi.

2. Untuk warga Ahlussunnah Waljamaah hendaknya menginitensifkan dakwah di kalangan masyarakat (utamanya NU) melalui pendidikan formal, majlis taklim, masjid-masjid, surau-surau serta kegiatan formal NU dengan pendidikan ilmiyah historis serta perpecahan agama, dengan cara bijak atau argumentative (bil hikmah), bimbingan dan penyuluhan (mauidhoh hasanah) serta mengisi generasi muda yang mayoritas masih kosong dengan terus menghindari cara-cara kekerasan karena sebuah faham tidak bisa dihadapi dengan kekerasan.

3. Waspadai siasat/taktik dari kekuatan terselubung, baik Nasional maupun Internasional yang dilakukan untuk merusak kaum muslimin di Indonesia/ dunia.

4. Mewaspadai gerakan ideologi Internasional (Transnasional) dari berbagai kelompok yang secara
bersama-sama masuk ke Indonesia setelah kebebasan reformasi yang ujung-ujungnya membahayakan NKRI, Ideologi Pancasila, konstitusi UUD 45 dan sendi-sendi proklamasi RI. Kelompok-kelompok ini mulai menyusupi dan mengambilalih masjid-masjid NU dengan menghujat kebiasaan amaliyah NU selama ini. Masjid-masjid harus dijaga betul agar tidak dijadikan pangkalan menyerang NU dan republik. (KH Hasyim Muzadi)